Kampung Bajo Pantai Jodoh di Mawasangka

Gambar
Bajo yang kerapkali disebut Suku Laut tersebar diberbagai pulau Indonesia. Salah satunya di pulau tanah Buton Sulawesi Tenggara tepatnya di Kabupaten Mawasangka Desa Pantai Jodoh. Di sanalah Suku Laut itu berkumpul dan hidup berkesinambungan. Nama yang unik, menjadikannya daerah istimewa di Provinsi Sulawesi Tenggara dan terkenal di seluruh tingkat nasional maupun mancanegara.  Dibalik pengangkatan nama kampung tersebut mungkin ada kisah menarik dibaliknya sehingga warga setempat menjadikannya nama perkampungan mereka di tanah Buton Sulawesi Tenggara. Walau rumah-rumah mereka sebagian besar sudah berdiri di atas bibir pantai pasir putih tetap tidak mengubah cara hidup mereka sebagai suku laut atau Suku Bajo. Mereka yang sudah hidup bertahun-tahun di Kampung Pantai Jodoh, tetap kehidupannya bergantung ke laut bukan ke darat seperti hidup sebagai petani yang bercocok tanam di kebun atau sawah.

Suku Bajo Mantigola di Kawasan Wakatobi


Suku Bajo Mantigola merupakan salah satu suku di Indonesia yang mayoritas bermukim di Sulawesi dan dikenal sebagai sang pengembara laut. 

Traveler pun bisa singgah ke pemukimannya di Mantigola, Wakatobi.

Suku Bajo atau Suku Laut terkenal sebagai orang laut. Mereka tidak tinggal di daratan, seperti para para suku lain yang ada di Indonesia, melainkan di atas laut. Sebutan mereka kepada orang lain yang berasal dari daratan selain Bajo adalah bagai. 

"Bajo itu suku pendatang. Dulu mereka datang ke sini tahun 1600-an," Ujar tur leader Toudani, Nuryanti kepada detikTravel Kamis (3/11/2016).
Komunitas Bajo sendiri terdiri dari beragam kelompok. Salah satunya Bajo Mantigola di selatan Pulau Kaledupa.


Traveler yang ingin berkunjung bisa menjangkau pemukiman Bajo Mantigola hanya sekitar 20 menit dari Kota Ambewa, Pulau Kaledupa, Wakatobi. Dan jangan kaget, masyarakat Bajo akan langsung menempel kepada setiap turis yang datang minta berfoto. 

Masyarakat Bajo Mantigola tidak memiliki lahan tinggal di Pulau Kaledupa. Namun orang darat (warga Kaledupa) meminjami lahan mereka untuk digunakan. Karena, mereka memang sudah terbiasa hidup di laut. Pembangunan rumahnya pun tidak di darat, melainkan di atas laut.

Perumahan mereka Suku Bajo dibangun di atas air laut dengan menggunakan timbunan karang. Masyarakat membangun jembatan kayu sebagai penghubung untuk akses jalan ke seluruh perkampungan. Namun sudah ada sebagian masyarakat yang melakukan pembangunan dengan tiang beton.

"Suku Bajo itu unik, mereka dibilang primitif oleh orang luar, tapi navigasi laut mereka justru lebih maju dibandingkan orang darat," ujar tur guide Toudani, Edi.

Penamaan atau label orang laut pun memang tak salah di sandangkan untuk suku Bajo. Mereka tidak pernah menggunakan kompas atau alat navigasi untuk melaut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku Bajo Menambah Daya Tarik Wisatawan Mancanegara

Lepa adalah Kediaman Leluhur Orang Bajo

Pesona Indah di Kampung Bajo Mantigola